Al-Quran Mengajak Manusia Berbuat Baik
September 18, 2019
Kualitas manusia dinilai dari perbuatannya. Wajah yang elok, kekayaan yang berlimpah dan jabatan tinggi tidak sedikitpun menambah kemuliaan seseorang di mata Allah. Ketenangan hati seseorang juga bergantung pada amal perbuatannya. Karena itu, Allah memberi perhatian lebih pada perintah untuk berbuat baik. Bahkan, Allah mempunyai cara yang indah untuk memotivasi seseorang agar selalu berbuat baik. Sampai tak ada lagi alasan seseorang untuk tidak berbuat baik.
Bagaimana cara Allah mengajak manusia berbuat baik?
Sebenarnya perbuatan buruk itu dilakukan karena banyak waktu luang. Jika kita sibuk untuk berbuat baik, tidak ada waktu tersisa untuk melakukan hal-hal yang tercela. Munculnya fitnah, mencari kesalahan orang lain, saling menjatuhkan satu sama lainnya, serta berbagai konflik yang terjadi adalah karena tidak ada motivasi untuk berbuat baik. Mari kita lihat, bagaimana cara Al-Qur’an sebagai Kitab Motivasi terbaik mengajak kita untuk selalu berbuat baik.
1. Ingat kebaikan yang kita terima dari Allah!
وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Berbuat baik kepadamu”
(Al-Qashas: 77)
Cara pertama, Allah menggugah hati kita untuk berbuat baik dengan mengingat, bahwa setiap hari Allah selalu mencurahkan kebaikan untuk kita.
Sejak mata ini terbuka di pagi hari, Allah telah memberi kebaikan berupa udara yang segar, kekuatan untuk bangun, kemampuan untuk melihat dan semua pemberian yang mustahil dapat kita hitung.
“Jika tidak ada perintah atau larangan dari Allah, kita tetap wajib untuk menyembahnya sebagai rasa syukur atas apa yang telah Allah berikan, begitulah kata mutiara dari Imam Ali bin Abi tholib.”
اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ
“Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku Berikan kepadamu” (Al-Baqarah: 122)
Sayangnya, manusia sering melupakan kebaikan yang selalu Allah berikan padanya dan benar-benar mengingkari atas segala kenikmatan yang ia dapati secara gratis. Dalam Hadist Qudsi, Allah berfirman:
“Aku yang Menciptakan tapi kau menyembah selain-Ku. Aku yang selalu meberi (kebaikan) kepadamu namun kau berterima kasih pada selain-Ku. Kebaikan-Ku selalu turun kepadamu, sementara keburukanmu selalu naik kepada-Ku.”
Cara efektif untuk mencegah diri dari perbuatan buruk adalah dengan banyak bersyukur dan mengingat kebaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita renungkan berapa banyak kebaikan yang telah kita terima setiap hari. Kita ingat satu demi satu nikmat yang takkan mampu kita syukuri selamanya.
Coba bayangkan, di saat membuka mata esok hari, tiba-tiba pemberian Allah telah dicabut. Mata kita tak bisa melihat lagi, ingatan seketika hilang dan tubuh pun tak dapat digerakkan.
Jika kita sering merenungkan kenikmatan ini, masihkah kita bernafsu untuk menyakiti orang lain? Bukankah kita sering melihat seorang yang sehat di sore harinya tiba-tiba lumpuh pada keesokan harinya?
2. Kebaikan itu berada dengan keburukan
Cara kedua, Allah menekankan bahwa kebaikan itu jauh berbeda dengan keburukan. Sekecil apapun kebaikan itu, tetaplah jauh di atas keburukan. Seperti dalam Firman-Nya:
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik” (Fussilat: 34)
Walau terkadang keburukan itu tampak indah di mata, begitu menarik hati, tetaplah kebaikan jauh lebih baik. Bahkan kebaikan sekecil apapun tetaplah kebaikan dan keburukan sebanyak apapun tetaplah buruk.
قُل لاَّ يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُواْ اللّهَ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu” (Al-Ma’idah: 100)
3. Allah menjanjikan balasan yang lebih besar
Cara ketiga, Kita tidak hanya disuruh untuk mengingat kebaikan Allah dan meyakini: bahwa kebaikan tidak sama dengan keburukan tapi Allah juga menjanjikan sesuatu untuk memotivasi seseorang agar selalu berbuat baik.
مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِّنْهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Al-Qashas: 84)
Kebaikan yang kita lakukan tidak akan menguap hilang sia-sia. Allah berjanji bagi siapa yang mau berbuat baik, dia akan membalasnya dengan yang lebih baik. Dan kalimat “lebih baik” apabila bersumber dari Allah, sungguh kita tak akan mampu membayangkannya.
4. Allah menjanjikan balasan yang berlipat ganda!
Suatu hari ketika turun firman Allah,
مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِّنْهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu.” (Al-Qashas: 84)
Rasulullah berdoa kepada Allah, “Ya Allah, tambahlah (balasannya)”.
Rasul meminta tambahan untuk umatnya agar mendapat balasan yang lebih banyak ketika berbuat kebaikan. Allah mengabulkan doa Rasulullah dengan firman-Nya:
مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (Al-An’am: 160)
Rasulullah berdoa kembali, “Ya Allah, tambahlah (balasannya)”.
Allah mengabulkannya lagi dengan firman-Nya,
مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللّهَ قَرْضاً حَسَناً فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافاً كَثِيرَةً
“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah Melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak.” (Al-Baqarah: 245)
Mendengar ayat ini Rasulullah merasa cukup dan berkomentar bahwa “banyak” di sisi Allah tidak terbatas dan tidak dapat dihitung lagi.
5. Orang yang berbuat baik adalah kekasih Allah!
Cara kelima, jika balasan yang berlipat itu belum cukup, Allah punya janji lain yang lebih agung dari balasan kebaikan yang berlipat ganda. Seorang yang mau berbuat baik, Allah akan jadikan dia kekasih-Nya. Sesuai firman-Nya,
وَأَحْسِنُوَاْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Sungguh, Allah Mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Baqarah: 195)
Budak mana yang tidak ingin dicintai oleh Tuhannya? Hamba mana yang tidak ingin menjadi kekasih Tuhan-Nya?
Layaknya seorang kekasih, pasti dia akan menyayangi, melindungi dan membahagiakan kekasihnya. Maha Suci Allah dari segala contoh. Namun kali ini kita tidak lagi membicarakan tentang bilangan ganjaran Allah atas perbuatan baik menusia. Lebih dari itu, perbuatan baik kita lakukan bisa mengantarkan kita menuju maqam kekasih-Nya.
6. Allah bersama orang-orang yang berbuat baik!
Cara keenam, kekasih mungkin tak selalu bersama. Bagi seorang yang mau berbuat baik, Allah menjanjikan posisi yang lebih tinggi dari seorang kekasih. Allah berjanji kepada seorang yang selalu berbuat baik bahwa Allah selalu menyertainya. Allah selalu bersamanya.
وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (al-Ankabut: 69)
Selalu bersama Allah adalah posisi yang amat agung di atas orang yang dicintai Allah. Lihatlah ketika Musa diperintahkan untuk pergi menghadapi Fir’aun. Nabi Musa merasa khawatir saat akan menghadapi Fir’aun karena dia adalah raja yang terkenal dengan kebengisannya.
Musa sangat mengetahui kejahatan dan kebengisan Fir’aun karena dia tinggal bersamanya sejak kecil. Namun kekhawatiran itu segera sirna karena Allah berjanji akan selalu bersama Musa. Fir’aun yang kejam itu tampak lebih kecil jika Allah menyertai hamba-Nya.
قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى
Dia (Allah) Berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku Mendengar dan Melihat.”(Thaha: 46)
Sama halnya ketika Bani Israil takut pasukan Fir’aun dapat menyusul mereka ketika telah sampai di depan lautan.
Nabi Musa menenangkan mereka dengan berkata,
قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ
Dia (Musa) menjawab, “Sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhan-ku bersamaku, Dia akan Memberi petunjuk kepadaku.” (As-Syuara: 62)
Bersama Allah adalah posisi yang amat tinggi. Bukankah ketika Rasulullah saw berada di gua dalam keadaan genting, beliau selalu tenang karena Allah selalu bersamanya?
لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا
“Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (At-Taubah: 40)
7. Allah menjanjikan kabar gembira!
Cara ketujuh, pada puncaknya Allah swt memberikan kebar gembira kepada mereka yang selalu berbuat baik. Jika kita telah menerima kabar baik dari Allah, Tidak ada lagi yang perlu ditakuti dan dikhawatirkan.
وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Hajj: 37)
Orang semacam ini sudah berada di surga sebelum mereka memasuki surga. Karena hati mereka selalu gembira, tak pernah gelisah dan takut. Karena hati itu selalu dipenuhi dengan kabar gembira dari Allah swt.
Apakah semua janji Allah ini hanya untuk di Alam Akhirat?
Islam tidak datang hanya untuk menjanjikan balasan di akhirat. Islam datang untuk menata kehidupan dunia dan akhirat manusia. Orang yang berbuat baik akan dibalas oleh Allah di dunia sebelum nanti di akhirat.
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami Berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)
Di dalam ayat itu Allah jelas menjanjikan balasan di dunia dengan kehidupan yang baik di dunia sebelum balasan yang lebih besar di akhirat. Memang kita selalu menghitung kebaikan Allah dengan hitungan materi. Padahal banyak pemberian Allah yang lebih mahal dari itu.
Ada seorang selama 40 tahun selalu berdoa untuk diberi kekayaan namun tidak juga terkabul. Sebenarnya bukan karena Allah tidak ingin mengabulkan sesuatu yang baik untuk hambanya. Seperti seorang ibu yang tidak memberi makanan tertentu pada anaknya yang sedang sakit, bukan karena tidak sayang namun karena ibunya tau makanan itu akan membuat anaknya semakin sakit.
Saat kita berdoa meminta sesuatu seperti harta dari Allah, kita merasa doa itu tidak terkabul karena harta yang kita minta tak kunjung datang. Padahal, bisa saja doa itu Allah kabulkan dengan kebaikan-kebaikan lainnya seperti menghindarkan bahaya dari kita.
Andai Allah memberikan apa yang kita minta sementara bencana itu tetap datang, maka semua harta yang kita miliki akan habis tak bersisa. Bahkan kita bisa lebih sengsara karena bencana tersebut.
Berbagai bencana yang Allah hindarkan ini tidak pernah masuk dalam logika materi kita. Padahal itu lebih mahal dari sekedar harta.
Padahal yang kita dapat di dunia adalah berupa kemudahan dalam setiap urusan, kesehatan, harta dan hal-hal yang mungkin tak pernah kita sadari bahwa itu adalah hasil dari kebaikan kita.
8. Kebaikan itu untuk diri kita sendiri
Cara kedelapan, ini adalah cara terakhir yang membuat seseorang tidak bisa mencari alasan lagi untuk tidak berbuat baik.
Seorang yang berakal pasti mencintai dirinya. Seorang yang mencintai dirinya pasti ingin selalu berbuat baik untuk dirinya sendiri. Sedangkan Allah telah menjelaskan bahwa perbuatan baik yang kita lakukan untuk orang lain juga akan bermanfaat untuk diri kita sendiri. Kebaikan yang kita berikan akan kembali pada diri kita sendiri.
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS.Al-Isra’: 7)
Untuk mengakhiri kajian ini, ada hal yang unik di dalam ayat-ayat yang disebutkan di atas. Dalam ayat-ayat itu Allah selalu menyebutkan “siapa yang datang dengan membawa kebaikan maka..”, seperti ayat berikut,
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (al-An’am: 160)
Ayat-ayat itu sering menggunakan kata (مَنْ جَاءَ) “siapa yang datang” bukan “siapa yang melakukan kebaikan..”. Mengapa demikian?
Karena kebaikan yang kita lakukan bisa saja habis sebelum kita bertemu dengan Allah swt. Berapa banyak kebaikan yang kita lakukan terbakar sia-sia oleh dosa-dosa?
Siapa yang datang membawa kebaikan adalah siapa yang bisa menjaga kebaikannya agar tidak hangus terbakar oleh dosa-dosa selama di dunia, maka dia layak mendapat ganjarannya di dunia maupun di akhirat kelak.
Sering kita membangun surga dengan dzikir, beramal, berpuasa ataupun bersedekah. Namun semua itu kita hancurkan dalam sekejap dengan mengungkit-ngungkit atau menyakiti hati orang yang menerima. Oleh karenanya, jagalah kebaikan itu agar tetap hidup hingga kita datang kepada Allah swt dengan sifat-Nya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kebaikan-kebaikan benih yang kita tanam. Kita tidak cukup hanya menabur benih dan menunggu hasilnya. Benih itu perlu disiram, dijaga dan diberi pupuk agar tumbuh dan berubah. Begitu pula perbuatan baik. Tak cukup hanya beramal, kita harus menjaga perbuatan itu dimulai dari,
- Niatnya
- Cara melakukannya (sesuai dengan ketentuan Allah)
- Menjaganya dari Riya’, ujub, mengungkit-ungkit atau menyakiti orang lain.
Jangan sampai amal yang kita lakukan habis tak bersisa seperti firman Allah swt,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima).” (al-Baqarah: 264)
وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“Dan kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang bertentangan.” (al-Furqan: 23).
Sumber: Buku “25 Hidangan dari Al-Quran”
0 komentar